Senin, 06 Mei 2013

Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha: Cemerlang Menghadapi Fitnah

Ada sebuah khabar yang cukup menonjol diantara khabar-khabar sirah nabawiyyah mengenai wanita suci dan disucikan, Bunda ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, yakni tentang isu kebohongan perselingkuhannya dengan Shafwan bin Al Mu’aththal As-Sulami Adz-Dzakwani (haditsah al-ifki).
Menurut pandangan sebagian sejarawan dan ahli tafsir, khabar ini merupakan peristiwa yang sangat penting dan menonjol dalam kehidupan Nabi Saw. Sebagaimana yang diungkapkan Sayyid Quthb dalam tafsir Fii Zhilalil Qur’an: “Isu perselingkuhan ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bak pertempuran yang harus dilakoni Rasulullah Saw. dan  komunitas muslim kala itu, serta Islam. Ia adalah pertempuran besar, bahkan barangkali  pertempuran terbesar yang pernah diikuti Rasulullah Saw. Beliau mampu keluar dari krisis ini sebgai seorang pemenang yang mampu menepis segala keperihan hati dan tetap terjaga kewibawaan diri, kebesaran hati, dan ketabahannya, tanpa terpengaruh sepatah kata pun oleh provokasi yang ingin menghabiskan kesabaran beliau dan melemahkan ketahanan diri beliau.”

Dua Masalah Besar dan Kecerdasan yang Berkah
Secara singkat kisah tentang isu ini bermula ketika rombongan kaum muslimin dalam perjalanan pulang dari sebuah peperangan menuju Madinah. Kisah ini dilansir dalam Shahih Bukhari dari ‘Urwah Ibnu Zubair dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Ketika itu rombongan beristirahat di sebuah tempat, kemudian Ummul Mukminin hendak buang hajat. Ketika selesai buang hajat, ia menyadari bahwa kalung yang ia kenakan hilang. Kemudian ia mencarinya. Ketika ia kembali ke tempat peristirahatan rombongan, ia dapati rombongan kaum muslimin sudah meninggalkannya. Mereka mengira Bunda ‘Aisyah ada dalam sekedupnya.
Shafwan bin Mu’aththal yang saat itu ditugaskan untuk berjalan di belakang pasukan, melihatnya dan kaget dan beristirja’. Shafwan mempersilahkan Ummul Mukminin menaiki untanya kemudian menuntun unta tersebut sampai bertemu dengan rombongan pasukan kaum Muslimin. Mulai dari sinilah fitnah mulai disebarkan oleh ‘Abdullah bn Ubay bin Salul.
Masalah ini menyimpan dua sisi kejadian dan ‘Aisyah Ra mampu melewati masalah ini dengan langkah-langkah yang cemerlang. Sisi pertama, saat Ummul Mukminin mendapati dirinya tertinggal rombongan. Sisi kedua, isu tentang dirinya yang menyebar luas seperti api yang membakar rumput kering.
Apa yang dilakukan Ummul Mukminin ‘Aisyah Ra dalam menghadapi dua masalah ini?
  1. Ketika mendapati dirinya tertinggal dari rombongan, ia memutuskan untuk bertahan di tempat yang sama sambil menunggu kembalinya pasukan atau beberapa utusan dari mereka. Karena jika mereka merasa kehilangan dirinya, tentu mereka akan kembalike tempat tersebut untuk mencarinya. Beliau Ra tidak gegabah untuk segera menyusul pasukan. Keputusan itu menandai dirinya sebagai seorang yang tenang, mampu menguasai diri, berani, dan memiliki ketawakalan yang luar biasa. Tentu suatu kondisi yang berat sendirian tertinggal pasukan, banyak bahaya yang mengintai saat ia sendiri menunggu kembalinya beberapa pasukan untuk menjemputnya. Tapi jika ia gegabah menyusul pasukan akan lebih membahayakan dirinya.
  2. Saat ia menyadari isu kebohongan tentang dirinya dan Shafwan bin Mu’aththal, ‘Ummul Mukminin pula mampu menjaga keseimbangan dan ketegaran jiwanya. Dengan kecemerlangannya, Ummul Mukminin ‘Aisyah Ra mampu mengambil langkah paling tepat. Ia memohon kepada RasulullahSaw agar diizinkan pulang ke rumah orangtuanya. Karena menurutnya masalah ini perlu diselesaikan segera selama Rasulullah Saw belum mendapatkan wahyu yang determinatif tentang masalah tersebut. Selain itu, kasus-kasus seperti ini juga membutuhkan rentang waktu agar masalahnya mereda dan tenang.
Pilihan ini mengandung banyak hikmah dan kecerdasan, diperkuat lagi dengan cepatnya Rasulullah mengabulkan permohonan tersebut.
Sementara kaum muslimin banyak yang terfitnah dengan berita tersebut bahkan Suku Aus dan Khazraj nyaris bentrok. Rasulullah pun setelah mendengar berita tersebut tidak berkenan duduk di sebelah Bunda ‘Aisyah Ra sampai sebulan lamanya sampai wahyu  yang menjelaskan duduk perkara Ummul mukminin diturunkan oleh Allah.
Kecerdasan, kesabaran, dan kecemerlangan dirinya membuahkan hasil yang luar biasa. Dirinya yang suci benar-benar dibuktikan kesuciannya oleh Allah langsung dari langit ketujuh. Allah menurunkan 10 ayat sekaligus untuk mengklarifikasi fitnah yang menyesakkan dada tersebut, yakni QS. An Nuur: 11-21). Ayat-ayat pensucian yang hingga kini kita baca adalah tentang dirinya. Allahu Akbar! Betapa Allah benar-benar memuliakannya.
Semoga kisah ini dapat menjadi teladan bagi para muslimah agar tegar menghadapi segala permasalahan, sabar, berhati-hati (tidak tergesa-gesa) dan menghadapi segala situasi dengan penuh ketenangan dan tekad diri sampai masalah yang dihadapi benar-benar terselesaikan dengan kehendak Allah Swt.

Disadur dari buku ’Aisyah yang Cerdas dan yang Dicinta karya Ahmad Ibnu Salim Baduwilan
(esqiel/muslimahzone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar